Minggu, 21 Desember 2014

Untukku dan Untuknya

*Ini bukan sajak, bukan puisi. hanya penggalan curahan hati*
Ketahuilah. Aku benar-benar tidak habis pikir semudah itu seseorang bisa berubah. Ia yang kukira akan menetap, ternyata hanya singgah. Ia yang pernah kukenal kini melupakan apa janji yang ia ungkapkan sebelumnya. Melupakan apa rencana yang telah ia coba susun. Terkecoh oleh sebuah tikungan yang ternyata membawanya pada jalan buntu, yang membuat dirinya sendiri hilang arah tak menentu. Meski tangan yang pernah digenggamnya ingin menariknya lagi, mungkin tetap tidak akan sekokoh dulu.

Maka hanya pada Pemilik Semesta aku berdo’a; lindungi ia dari apa yang sudah ia lakukan, kuatkan hatinya, jernihkan pikirannya, teguhkan pendiriannya, mudahkan jalannya, hindarkan ia dari marabahaya, jauhkan ia dari apa yang merusaknya, dan biarkan ia menjadi apa yang seharusnya.

Tangis ini masih sama, masih memohonkan hal yang itu-itu saja sejak lama. Sejak Pemilik Semesta mengizinkan untuk dekat, hingga kini memutuskan memberinya sekat.

Tenang saja. Aku tidak meminta apa yang lama untuk kembali. Aku hanya berharap apa yang sudah terjadi menjadi pelajaran berarti dan tak terulangi. Memang do'aku untuknya susah untuk berhenti, tapi tak apa selama do'a ini bukan untuk menyakiti.

Aku yakin akan ada cinta baru yang kelak mengisi hati, entah benar-benar baru atau sudah diperbaharui. Cinta baru yang Semesta jatuhkan dengan tepat. Cinta baru yang datang sebagai obat. Cinta baru yang menggenggam do'a lebih kuat. Cinta baru yang menyebut nama usai sholat. Cinta baru yang senantiasa mengajak untuk taat. Cinta baru yang mendekat tanpa sekat. Cinta baru yang berjalan tanpa syarat. Cinta baru yang hadir tanpa tamat.

Ini berlaku untukku dan untuknya. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar